Gara-Gara Skripsi

Sabtu, 16 Juli 2011
“Tan, gue pinjem sepatu, sama tas lo yah!” Rina langsung mengambil barang-barang yang ia butuhkan di lemari Tania tanpa menunggu persetujuan dari Tania. “Tan, emm.. kayaknya baju lo keren deh.. gue pinjem sekalian yah!” lanjutnya. Tania manggut-manggut  saja.
            “Ambil aja, Rin.. bila perlu semua aksesoris gue juga boleh lo pinjem!” Rina tergelonjak kegirangan.”Asal inget balikin aja!” sambung Tania yang membuat wajah Rina manyun, tapi berubah kegirangan lagi. Ia langsung mencubit Tania yang duduk tenang di atas tempat tidurnya. Ketika Rina sedang ribut berdandan untuk kencannya, Tania malah asyik sendiri main Facebook di laptopnya.
            “Lo gak keluar sama Hendra?” Tanya Rina di balik kesibukannya menata wajahnya di kaca rias Tania. Ia memoleskan lipgloss ke bibirnya hingga mengkilap dan perona pipi di pipinya hingga Nampak seperti habis di tampar. 
            “Palingan dia lagi sibuk sama skripsinya, Rin” Tania masih belum memalingkan wajahnya dari laptopnya. “Dia kan emang gak perduli sama gue, lebih mentingin skripsinya itu ketimbang gue” Senyum Tania di paksakan, tapi sebenarnya ia sudah bosan seperti itu, mengadu ke sana-sini bahwa ia merasa terlantar.
            “Hendra kan orangnya emang begitu, bukannya itu yang lo suka dari dia. Selalu mengerjakan sesuatu tanpa buang-buang waktu dan sungguh-sungguh. Lagipula skripsinya itu kan untuk masa depannya dia juga” Kata Rina menasehati Tania. Tania sudah hampir tiap hari mendengar teman satu kost nya itu menasehatinya begitu. Tapi di hati Tania masih ada ras aketidak puasan, ini lebih sakit dari pada di duakan, atau di selingkuhin. Bagaimana tidak, setiap malam minggu Hendra hampir taka da waktu untuk Tania, alasannya adalah skripsi. Kadang ada perasaan ragu di hati Tania, habis selama 3 bulan ini jadian Hendra tidak pernah menunjukkan perasaannya kepada Tania, sekedar hanya mengajaknya keluar, apalagi akhir-akhir ini Hendra selalu di sibukkan dengan yang namanya skripsi.
            “Yah.. jadi males deh..” Rina kembali memoles wajahnya dengan make up. “Akhir-akhir ini gue jadi iri sama lo?” Rina melihat Tania lewat ckaca rias Tania.
            “Iri sama gue? Kok bisa?”
            “Rangga kan juga buat skripsi kan, tapi dia masih nyempetin waktunya buat nganter jemput lo ke kampus, jalan tiap malam minggu.. lha gue?” Ia seakan mentertawakan dirinya sendiri yang tak seberuntung Rina yang mempunyai Rangga. Rina hanya tertawa kecil dan tak ada jawaban apapun dari Rina. “Gue ngerasa, percuma aja gue jadian sama Hendra, toh pada akhirnya gue juga merasa dianggap sebagai pacar” Mereka jadian karena Tania yang pertama nembak Tania, maka dari itu Tania selalu merasa Hendra tidak mencintainya padahal Tania benar-benar mencintai Hendra.
            “Sabar aja, Tan. Gue yakin Hendra gak mungkin mau jadian sama lo kalo dia gak suka sama lo, gue kenal siapa Hendra. Mungkin sikapnya memang cuek” Kata-kata Rina membuatnya tenang, tapi di hatinya masih ada gemuruh entah gemuruh suara apa itu ia sendiripun tidak mengerti. “Gue cabut dulu yah..” Rina mengcium pipi Tania dengan genitnya, hingga pipi Tania penuh dengan lipgloss.
            “Yah.. have fun yah!” Tania melanjutkan membuka lembar FBnya. Tapi ia terlalu bosan, setiap malam minggu ketika Rina asyik dengan Rangga Tania hanya berkutat dengan laptopnya. Bahkan sms pun hari ini taka da. Ia mengupdate status di FBnya. Jari-jarinya mulai mengetik. “Mala mini seperti malam-malam sebelumnya, selalu sepi. Kadang berpikir untuk apa di sisimu, jika seperti inipun kamu masih jauh” Beberapa menit ia membuat itu, sudah ada 5 orang yang menyukainya. Tapi itu tidak cukup membuatnya puas.
            Tania memutuskan untuk pergi sendiri, jika Hendra memang tidak bisa mengajaknya jalan karena ia sibuk membuat skripsi, lebih baik ia ke kostnya untuk menemui Hendra, itu yang terpikir oleh Tania.
            Sebelum ia sampai di kostan Hendra, ide itu menurutnya memang yang bagus. Tapi begitu mendengar kata yang sempat di ucapkan Hendra padanya. “Jangan ke kost, gue gak mau ke ganggu sama lo. Gue lagi sibuk, ntar-ntar aja kalo gue udah gak sibuk” Dengan hanya memikirkan itu saja cukup membuat hati Tania merasa teriris. Ia memutuskan untuk tidak menemui Hendra malam ini. Ia balik ke kostnya.  
            Tapi malam itu Tania benar-benar tidak menyangka jika Hendra duduk menunggu di teras kostannya menunggu dengan bosan. Tania tak ragu-ragu lagi berlari menghampiri Hendra.
            “Kemana sih lo, lama banget. Jangan-jangan jalan sama cowok lain lo yah?” Tanya Hendra dengan rentetan pertanyaan. Bukannya menjawab, Tania hanya tersenyum. “Apaan sih, jangan-jangan bener lagi” Tuduh Hendra curiga
            “Kalo bener kenapa? Habis lo gak pernah perhatiin gue. Lo sibuk sama skripsi lo sendiri, apa lo gak kangen sama gue. Atau lo emang gak pernah kangen sama gue. Gue sampe sempat berpikir kalo lo itu emang gak cinta sama gue, dan lo nerima gue karena kasian aja. Lo tau gak, gue sampe iri sama Rina jalan sama Rangga, sedangkan gue malam minggu gini gak kemana-mana..” Tania berhenti untuk menarik nafasnya, masih banyak kata-kata yang ingin ia sampaikan pada Hendra. Tapi seakan kata-katanya itu nyangkut di tenggorokannya dan hanya ada perasaan sayangnya pada Hendra sekarang.
            “OK, sekarang skripsi gue udah kelar. Kita boleh jalan sekarang” Hendra merangkul pundak Tania. Tapi Tania masih bengong di depan pintu kostnya. “Ayo!”
            “Skripsi lo udah jadi? Kok cepet banget!”
            “Gue kan gak bisa bikin cewek yang gue sayangin itu ngerasa kalau gue ngeduain dia sama skripsi yang gue buat. Makanya gue cepet-cepet nyelesaiin skripsi gue, supaya gue gak ninggalin lo terlalu lama! Gue lembur ngerjain itu, sampe lupa makan. Makanya sekarang temenin gue makan malam” Tania masih tidak percaya, salah besar ia mengira jika Hendra tidak mencintainya, ternyata cowok itu membuatnya selalu merasakan debaran yang sangat romantic.

Karya: Erna Wintari 

0 komentar:

Posting Komentar